Sabtu, 23 Januari 2016

Cangkok Jantung

Cangkok Jantung - Dalam tahun 1983 Himpunan Transplantasi Jantung dan Paru Internasional (International Society of Heart and Lung Transplantation = ISHLT) mulai mencatat penderita-penderita yang mendapatkan transplantasi organ dalam rongga dada. Sembilan tahun kemudian, telah dilaporkan dalam tahun 1997, bahwa sebanyak 22.000 orang telah mendapatkan cangkok jantung. Dalam kurung waktu tersebut, setiap tahun sekitar 2.700 orang di seluruh dunia telah mendapatkan transplantasi jantung pada sekitar 200 pusat-pusat, yang sebagian besar di Amerika Serikat.
Cangkok Jantung

Cangkok Jantung
Indikasi untuk operasi cangkok jantung yaitu adanya penyakit-penyakit jantung tahap akhir yang tidak dapat diatasi oleh cara-cara operasi konvensional. Indikasi transplantasi jantung di antara penderita kanak-kanak yaitu penyakit jantung kongenital yang tidak dapat diatasi dengan metode konvensional. Dari pengamatan pengcangkokan jantung pada semua kelompok umur, hampir semua menunjukkan berhasil baik. Angka kematian pada tindakan operasi tersebut tercatat kurang dari 10%.

Syarat untuktransplantasi jantung, yaitu berasal dari jenazah yang meninggal karena kematian otak (brain death), sehingga masih dapat menyumbangkan jantung yang masih berdenyut. Selain jantung harus masih berdenyut, kondisi jantung harus sehat tanpa riwayat atau faktor resiko mendapatkan penyakit jantung. Donor dan resipien harus cocok dalam golongan darah serta berukuran tidak jauh berbeda. untuk mencegah penolakan, sebelum dilakukan transplantasi, dipindai dahulu adanya antibodi anti-HLA. Karena langkanya ketersediaan donor jantung, seringkali dilakukan pelonggaran syarat-syarat transplantasi yang harus dipenuhi.

Berdasarkan laporan, sangat jarang ditemukan adanya penolakan yang bersifat hiperakut pada transplantasi jantung, dan jika ada, ditemukan pada saat pemeriksaan post martem. Jika dihadapi kasus penolakan hiperakut, tidak ada cara yang efektif untuk mengatasinya, kecuali harus dilakukan transplantasi ulang. Tindakan inipun jarang diperoleh kemungkinan dapat dilakukan.

Jika terjadi penolakan dini, sangat sedikit tanda-tanda dan gejala yang ditunjukkan. Sedangkan dari hasil kajian untuk menegakkan diagnosis penolakan dini yang bersifat non-invasif, tidak dapat dipercaya secara penuh.

Diagnosis pada kejadian penolakan alograf jantung, dilakukan dengan biopsi jaringan endomiokardial yang diperoleh dengan katerisasi transvena melalui v. jugularis dextra. Apabila terjadi penolakan akut, akan diperoleh temuan khas dari gambaran histologis berupa ilfiltrasi sel-sel mononukleat. Dari sel-sel mononukleat tersebut, sebagian besar dari jenis limfosit, limfloblas dan monosit. Sebagai bukti adanya kerusakan jaringan ditemukan nikrosis dari serabut-serabut otot jantung. Pada saat ini sering disertai perubahan gambaran EKG. Untuk mengatasi terjadinya penolakan ini, selain diberikan ALG, juga disertai peningkatan pemberian dosis kortikosteroid dalam periode singkat.

Penolakan krnosi merupakan penyebab utama kematian resipien cangkok jantung, yang biasanya terjadi lebih dari setahun sesudah transplantasi. Manifestasi penolakan khronis jaringan cangkok jantung dalam bentuk sumbatan pada a. coronaria yang meluas, sehingga mengakibatkan infark miokardium. Penyakit koroner pada resipien cangkok jantung dilaporkan mencapai 40%. Sampai kini belum ada pengobatan khusus untuk mencegah atau menghentikan laju proses penolakan khronis. Sangat menarik bahwa penolakan khronis tersebut ditemukan secara khusus pada resipien adanya peningkatan antibodi anti-HLA dalam serumnya.


Tidak ada komentar:

Posting Komentar