Minggu, 24 Januari 2016

Cangkok Sumsum Tulang

Cangkok Sumsum Tulang - Transplantasi sumsum tulang pada manusia secara modern telah dimulai sejak tahun 1968, ketika diterapkan pada sekelompok penderita severe combined immunodeficiency disease (SICD), sindroma WiskottAldrich, atau leukimia. Pelaksanaan transplantasi melalui infus suspensi sumsum tulang dari saudara yang memiliki HLA identik.
Cangkok Sumsum Tulang

Cangkok Sumsum Tulang
Penderita dengan gangguan defisiensi imun tertentu dan anaemia aplastica jelas merupakan calon untuk mendapatkan pencangkokan sel-sel induk dalam sumsum tulang seperti halnya penderita lekemia akut. Untuk menghambat pertumbuhan ganas pada leukemia tersebut, penderita mendapatkan iradiasi sehingga mereka pun akan mengalami keadaan efisiensi imun.

Pencangkokan sumsum tulang membutuhkan derajat kecocokan jaringan yang tinggi, sehingga dianjurkan paling sedikit diperoleh dari saudara sekandung yang ada kecocokan HLA. Sampai kini, sebagian besar donor untuk transplantasi sumsum tulang merupakan saudara kembar identik (singeneik), atau individu memiliki genotip HLA yang identik (alogeneik). Tetapi hanya 30% dari resipien yang bisa diharapkan mendapatkan donor yang memiliki HLA identik. Dengan alasan kondisi sebagian yang cocok HLA-nya atau dari donor yang tidak ada hubungannya. Dengan upaya tersebut akhirnya berhasil memperluas kemungkinan ketersediaan donor.

Efek yang dikhawatirkan pada pencangkokan sumsum tulang bukanlah penolakan jaringan cangkok, melainkan sebaliknya, jaringan cangkok yang mengandung sel-sel imunokompeten dan menyerang tulang inang, lebih-lebih resipien yang mengalami defisiensi imun. Reaksi ini dinamakan Graft versus Host reaction (GvH-R). Timbulnya reaksi ini dapat digolongkan dalam kegagalan transplantasi. Kegagalan lain dapat disebabkan oleh timbulnya infeksi, oleh karena keadaan resipien mengalami defisiensi imun.

Cara dalam aplikasi transplantasi sumsum tulang berbeda dengan transplantasi organ-organ yang telah diuraikan sebelumnya. Sel-sel sumsum tulang yang akan dicangkokkan diperoleh dengan cara aspirasi melalui crista iliaca dari donor. Sel-sel yang dicangkokkan diharapkan dapat ber-regenerasi seluruhnya dalam tempo 8 minggu dalam tubuh resipien.

Melalui aspirasi berulang yang dibubuhi heparin sebanyak 5 ml. setiap kali akan diperoleh sebanyak 600 - 1200 ml. sumsum tulang. Jumlah ini merupakan dosis transplantasi dengan dengan rujukan 10 ml. sumsum tulang untuk setiap BB resipien dalam setiap prosedur tunggal. Dengan pengambilan sumsum tulang yang jumlahnya hanya sekitar 20% dari jumlah yang ada dalam tubuh donor tersebut, tidak perlu dikhawatirkan akan merugikan secara imunologik maupun hematologik karena masih cukup guna kebutuhan pasokan sel-sel darah dalam tubuh donor.

Tentu saja hasil inspirasi berulang sumsum tulang dengan heparin tidak langsung diberikan kepada resipien. Dalam persiapan transplantasi, cairan sumsum tulang dengan haparin di bubuhi buffer di saring melalui kasa stainless steel untuk mendapatkan suspensi sel-sel yang terpisah. Untuk memastikan jumlah sel yang akan ditransplantasikan, lebih dahulu dilakukan perhitungan sel-sel mononuklear dari suspensi sumsum tulang. Jumlah sel yang dimasukkan sekitar 2 x10 pangkat 8 - 6 x 10 pangkat 8.

Jika antara donor dan resipien kompatibel dalam golongan darah ABO, suspensi sel sumsum tulang dimasukkan melalui vena resipien dengan infus bersama dengan sel-sel eritrosit. Tetapi jika donor-resipien tidak kompatibel dalam golongan darah ABO, eritrosit yang berada dalam suspensi sumsum tulang harus dibersihkan lebih dahulu.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar